Subscribe

RSS Feed (xml)



Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Tuesday, April 3, 2012

Mata Ayah~


Kujabat mesra tangan ayah
Urat-urat daging-daging tua keras terasa
Mataku tersenyum, matanya menyapa
Anak yang pulang disambut mesra.

Tapi matanya, mata yang menatapku
Kolam-kolam derita dan pudar bulan pagi
Garis-garis putih lesu melingkungi hitam-suram
Suatu kelesauan yang tak pernah dipancarkan dulu.

Kelibat senyum matanya masih jua ramah
Akan menutup padaku kelesuan hidup sendiri
Bagai dalam suratnya dengan kata-kata siang
Memintaku pulang menikmati beras baru.

Anak yang pulang di sisi ayahnya maka akulah
merasakan kepedihan yang tercermin di mata
Meski kain pelekatnya bersih dalam kesegaran wuduk
Dan ia tidak pernah merasa, sebab derita itu adalah dia.

~Usman Awang
Sewaktu aku kecil-kecil, aku selalu mencium dahi dan kedua pipi ayah
Dan, sewaktu aku remaja, aku masih mencium dahi dan kedua pipinya
Teman-temanku bertanya "kamu cium pipi ayahmu?"
Aku mengerutkan dahiku, pertanyaan yang aneh, dia mahramku.
Dan sewaktu aku telah dewasa aku masih mencium dahi dan pipinya.
Mata-mata aneh memandang, aku tak peduli.
Dan sewaktu dia tidur buat selama-lamanya
Aku menciumnya buat terakhir kali.
Kenapa tiada mata aneh dan soalan aneh?
Apakah kerana dia telah kaku dan pergi buat selamanya?
Apakah dia hanya layak untuk diciumi sewaktu akhir hayatnya?

......................

aku berharap ayah tersenyum dalam mimpiku
aku rindu ayah